Rabu, 11 Mei 2011

ANALYSIS OF HUMAN PERFORMANCE PROBLEMS (Analisis Masalah Kinerja Manusia)




MAKALAH



ANALYSIS OF HUMAN PERFORMANCE PROBLEMS
(Analisis Masalah Kinerja Manusia)




Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Teknologi Kinerja dalam Pendidikan (MTP-525)






Disusun Oleh :

CUCU ERNAWATI              NIM    :     55 2010 02
MIMIN AMINAH                  NIM    :     55 2010 0249








UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN


 


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur yang tidak terhingga kehadirat Illahi Robi, serta solawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW atas nikmat dan kesehatan yang diberikan Allah SWT, maka makalah ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Kinerja dalam Pendidikan dengan kode mata kuliah MTP-525. Yang menjadi bahasan dalam makalah ini yaitu tentang Analysis Of Human Performance Problems (Analisis Masalah Kinerja Manusia).
Secara umum baik dari segi penyajian maupun kedalaman bahasan dalam makalah ini jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan wawasan kami tentang bahasan ini masih terbatas. Maka bimbingan dan arahan yang membangun untuk penulisan selanjutnya dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Akhirnya penyusunan mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Yth: Ibu Dr. Astriana Baiti Sinaga, selaku dosen mata kuliah Teknologi Kinerja dalam Pendidikan. Rekan-rekan mahasiswa Program Pasca Sarjana Magister Teknologi Pendidikan AS-SYAFI’IYAH.
Semua pihak yang telah mendukung kami dalam penyusunan makalah ini.
Semoga segala amal baik yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Allah.SWT. Amin...........!


Cianjur,   Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I        PENDAHULUAN................................................................................. 1
A.    Latar Belakang................................................................................ 1
B.    Permasalahan................................................................................... 3

BAB II       PEMBAHASAN.................................................................................... 5
A.    Kinerja Guru.................................................................................... 5
B.    Performance Kepala Sekolah yang mampu mengatasi perubahan dalam memajukan Sekolah       9
C.    Faktor dan Persyaratan yang menunjang keberhasilan Kinerja  Manusia    11

BAB III     KESIMPULAN.................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 16








BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Tantangan utama bagi manajemen abad ke-21 adalah bagaimana menjadikan suatu organisasi sebagai pemimpin perubahan. Pemimpin perubahan memandang perubahan sebagai peluang. Pimpinan perubahan memandang perubahan dengan mengetahui bagaimana memperoleh kebenaran tentang perubahan dan mengetahui bagaimana membuat perubahan organisasi menjadi efektif di dalam dan di luar organisasi.
Dalam kaitan ini, kami akan memaparkan suatu penomena kinerja manusia di lingkungan pendidikan yang ada di sebuah kecamatan, katakanlah sekolah A. Sekolah A ini terletak di pusat kota kecamatan dengan karakteristik yang sangat unik dari segi kepala sekolahnya, guru-gurunya, muridnya dan lingkungan sekolah sekitarnya yang sangat strategis. Kepala sekolah A ini orangnya sangat bijaksana, berdisiplin, berdedikasi tinggi, loyalitas dan selalu mengutamakan komitmen dalam setiap pekerjaan. Beliau selalu datang ke sekolah lebih awal daripada guru-guru dan murid-muridnya, terlebih setiap hari Senin beliau tak pernah absen untuk mengikuti upacara bendera di sekolah, sikapnya terhadap guru-guru dan murid-muridnya selalu ramah dan selalu menebarkan salam sehingga tercipta kekeluargaan yang harmonis di sekolah itu antara Guru, Murid, dan Kepala Sekolah. Apalagi tentang kesejahteraan guru-guru dan murid-muridnya selalu menjadi prioritas dalam kepemimpinannya, sehingga semua merasa nyaman di bawah kepemimpinannya.
Guru-guru di sekolah A ini, hampir semuanya sudah sarjana S1, dengan Kepemimpinan Kepala Sekolah seperti itu, guru-guru merasa termotivasi dalam kinerjanya sehingga semua guru meneladani dan merasa hormat terhadap sikap dari Kepala sekolah tersebut, mereka selalu semangat, ikhlas, dan sabar dalam mengajar, melatih, mendidik, dan menilai anak-anak didik mereka, setiap hasil karya siswa selalu diberi penghargaan, sama halnya dengan Kepala Sekolah, guru-guru sekolah A ini selalu memberikan contoh tauladan yang baik terhadap siswa-siswinya dalam segala hal sehingga tercipta lingkungan yang nyaman untuk belajar bagi siswa-siswinya.
Karakteristik siswa sekolah A ini bervariatif dari latar belakang ekonomi, sosial, agama, dan lingkungan yang berbeda-beda, tapi daya dukung mereka terhadap proses belajar mengajar di sekolah sangat tinggi, hal ini karena termotivasi dari sikap kinerja guru dan kepala sekolah tadi, sehingga hasil belajar mereka selalu memuaskan orang tua mereka dan guru-guru mereka, keadaan seperti ini berdampak tercapainya semua program di sekolah ini dengan predikat baik. Tak heran bila sekolah ini setiap tahunya selalu meraih juara umum dalam setiap perlombaan yang diadakan di kecamatan tersebut dan selalu menjadi perwakilan untuk maju ke tingkat kabupaten dalam setiap perlombaan. Dengan keadaan seperti ini masyarakat dan lingkungan sekitar merasa puas dengan pelayanan pendidikan dari sekolah A ini sehingga jumlah siswa setiap tahunnya selalu bertambah. Namun waktu terus berlalu tibalah waktunya untuk pensiun dari Kepala Sekolah A ini dan digantikan oleh Kepala Sekolah baru.
Kepemimpinan Kepala Sekolah baru ini sangat jauh berbeda dengan Kepala Sekolah yang lama, beliau jarang sekali datang ke sekolah, semua urusan sekolah diserahkan pada salah seorang guru yang dituakan, kepala sekolah merasa percaya pada guru-guru karena sudah hampir sarjana semua sehingga merasa tidak perlu ada lagi binaan, supervisi, bahkan tak pernah memperhatikan kesejahteraan guru-gurunya, apalagi pada siswa-siswinya jarang sekali bertatap muka hanya untuk sekedar bersilaturahmi saja. Keadaan semacam ini berdampak pada kinerja guru, guru  selalu bingung dalam setiap mengambil keputusan tentang urusan sekolah. Apa lagi setiap kinerja guru yang bernilai positif tak pernah dihargainya, dan selalu dianggap salah terhadap semua kinerja guru tapi tanpa memberi contoh yang jelas dari yang disalahkannya itu. Dengan kedaan seperti ini guru-guru jadi tidak peduli lagi terhadap segala hal urusan sekolah, ngajar ke sekolah seenaknya karena tak pernah ada yang ditegor oleh kepala Sekolahnya. Sama halnya dengan siswa-siswinya dengan keadaan guru seperti itu mereka juga jadi tidak termotivasi lagi untuk belajar, kehadiran di sekolah sudah tidak lagi menjadi perhatiaan, siswa-siswi jadi tidak berdisiplin dalam belajar sehingga, tidak ada lagi kejuaraan dan keberhasilan yang diraih oleh sekolah A  dalam setiap program sekolah, masyarakat sekitar tercengang dibuatnya dan tidak lagi merasa puas dengan pelayanan pendidikan dari sekolah ini, banyak dari mereka menjadi enggan menyekolahkan anaknya di sekolah A lagi sehingga jumlah siswa yang tadinya membludak menjadi merosot drastis.
Dari fenomena cerita ini, marilah kita analisis  kinerja manusia yang selalu berdampak positif atau negatif. Key Words dari makalah ini adalah : Teachers Performance, Performance Kepala Sekolah, dan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kinerja manusia.

B.            Permasalahan
Berdasarkan analisis dari cerita fenomena tadi, maka yang menjadi masalah dalam
makalah ini untuk dijadikan bahasan adalah :
1.        Kinerja guru yang bagaimana yang mampu menghasilkan keberhasilan yang memuaskan dalam bidang pendidikan?
2.        Performance Kepala Sekolah yang bagaimana yang mampu mengatasi perubahan dalam memajukan Sekolah?
3.        Faktor dan Persyaratan apa yang menunjang keberhasilan kinerja manusia?



















BAB II
PEMBAHASAN

A.           Kinerja Guru
Perubahan dan perkembangan aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang profesional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan yang demikian itu sangat diperlukan untuk mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan berkehidupan yang damai, terbuka, dan berdemokrasi, serta mampu bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh warga negara Indonesia. Untuk itu, kinerja pendidikan menuntut adanya pembenahan dan menyempurnaan terhadap aspek substantif  yang mendukungnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah variabel guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran, karena gurulah yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran dikelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di sekolah. Menurut Dedi supriadi (1999:178). Di antara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu pendidikan (yang ditujukan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Faktor guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah kinerja guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002:42) menunjukan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Menurut Cruickshank, kinerja guru yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap proses pembelajaran adalah kinerja guru dalam kelas atau teacher classroom performance (Cruickshank, 1990: 5).
Berdasarkan pendapat tersebut di atas diketahui bahwa kinerja guru merupakan faktor yang dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran. Artinya kalau guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, akan mampu meningkatkan sikap dan motivasi belajar siswa yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Kinerja guru yang berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa adalah kinerja guru dalam kelas.
Meningkatnya kualitas pembelajaran, akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dipahami karena guru yang mempunyai kinerja bagus dalam kelas akan mampu menjelaskan pelajaran dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa dengan baik, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa akan memiliki semangat dalam belajar, senang dengan kegiatan pembelajaran yang diikuti, dan merasa mudah memahami materi yang dasajikan oleh guru.
Istilah kinerja dimaksudkan sebagai terjemahan dari istilah “performance”. Menurut Kane (1986 ; 237), kinerja bukan merupakan karakteristik seseorang, seperti bakat atau kemampuan, tetapi merupakan perwujudan dari bakat atau kemampuan itu sendiri. Pendapat tersebut menunjukan bahwa kinerja merupakan perwujudan dari kemampuan dalam bentuk karya nyata. Kinerja dalam kaitannya dengan jabatan diartikan sebagai hasil yang dicapai yang berkaitan dengan fungsi jabatan dalam periode waktu tertentu (Kane, 1986 ; 237).

Suryadi Prawirosentono (1999 ; 2) mendefinisikan kinerja sebagai kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka upaya mencapai tujuan secara legal. Menurut Muhammad Arifin (2004; 9), kinerja dipandang sebagai hasil perkalian antara kemampuan dan motivasi.
Kemampuan menunjuk pada kecakapan seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu, sementara motivasi menunjuk pada keinginan (destre) individu untuk menunjukkan perilaku dan kesediaan berusaha. Orang akan mengerjakan tugas yang terbaik jika memiliki kemauan dan keinginan untuk melaksanakan tugas itu dengan baik.
Berdasarkan ungkapan tersebut di atas berarti kinerja guru (teacher performance) berkaitan dengan kompetensi guru, artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung dengan kompetensi yang baik. Tanpa memiliki kompetensi yang baik seorang guru tidak akan mungkin dapat memiliki kinerja yang baik.
Sebaliknya, seorang guru yang memiliki kompetensi yang baik belum tentu memiliki kinerja yang baik. Kinerja guru sama dengan kompetensi plus motivasi untuk menunaikan tugas dan motivasi untuk berkembang. Oleh karena itu, kinerja guru merupakan perwujudan kompetensi guru yang mencakup kemampuan dan motivasi untuk menyelesaikan tugas dan motivasi untuk berkembang. Sementara itu, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kinerja guru adalah kemampuan guru untuk mendemontrasikan berbagai kecakapan dan kompetensi yang dimilikinya (Depdiknas, 2004 : 11). Esensi dari kinerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau kompetensi yang dimilikinya dalam dunia kerja yang sebenarnya. Dunia kerja guru yang sebenarnya adalah membelajarkan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Menurut pasal 28 ayat 3 PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru terdiri dari: a) kompetensi pedagogik;  b) kompetensi kepribadian;  c) kompetensi profesional; dan d) kompetensi sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Ke empat kompetensi tersebut yang mempengaruhi kinerja guru dalam kelas secara langsung adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
Telah dinyatakan bahwa Standar Kompetensi Guru meliputi 3 (tiga) komponen kompetensi dan masing-masing komponen kompetensi terdiri atas beberapa kemampuan. Secara keseluruhan Standar Kompetensi Guru terdiri atas 7 (tujuh) kompetensi yakni :
      Komponen Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran yang terdiri atas :
1.      Penyusunan rencana pembelajaran.
2.      Pelaksanaan interaksi belajar mengajar.
3.      Penilaian prestasi belajar peserta didik.
4.      Pelaksanaan tindak lanjut penilaian prestasi belajar peserta didik
      Komponen Kompetensi Pengembangan Potensi terdiri atas :
5.  Pengembangan profesi
      Komponen Kompetensi Penguasaan Akademik terdiri atas :
          6.   Pemahaman wawasan kependidikan.
          7.   Penguasaan bahan kajian akademik.
A.           Performance Kepala Sekolah yang mampu mengatasi perubahan dalam memajukan Sekolah.
Perubahan pendidikan tidak hanya kebutuhan pribadi guru untuk merespon perubahan yang terjadi dalam perespektif sosial, ekonomi, dan politik. Akan tetapi, perubahan pendidikan merupakan keperluan organisasi bahkan manajemen untuk mengusahakan dan melibatkan individu yang berkiprah dan terkait untuk memajukan pendidikan anak bangsa.
Setelah memasuki setengah dasawarsa era otonomi daerah, ternyata desentralisasi pendidikan memberikan peluang otonomi lebih luas kepada kepala sekolah sehingga semakin dirasakan banyak manfaatnya untuk membuat kebijakan pengembangan sekolah. Hal itu untuk mempercepat kemajuan masyarakat karena saat ini masyarakat membutuhkan banyak sekolah yang benar-benar berkualitas dalam bidang manajemen, program pengajaran, iklim, dan kepemimpinan sekolah.
Pengembangan sekolah berarti melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Tentu saja, perubahan yang dimaksud adalah berkaitan dengan kualitas sekolah. Perubahan adalah bergerak dari keadaan yang tetap. Itu artinya bergerak menuju sasaran, pernyataan ideal atau visi apa yang seharusnya, dan cara bergerak dari kondisi masa kini, kepercayaan, atau sikap (Williem J, ed.,et.al., 1995: 9).
Tugas utama manajemen sekolah di masa depan dapat dipastikan akan lebih dinamis dan menantang. Itu sebabnya fokus manajemen sekolah adalah perubahan sistem organisasi, penekanan terhadap mengatasi masalah-masalah alamiah yang bersifat situasional dan berdampak luas. Terutama, kemampuan membuat kebijakan untuk pengembangan sekolah.
   Pengembangan sekolah selalu terkait dengan istilah inovasi. Sedangkan inovasi akan melahirkan kejutan karena ada perubahan dan pengembangan. Dewasa ini, kompetisi antar sekolah semakin meningkat. Kompetesi tersebut utamanya terlihat pada saat penerimaan siswa baru awal tahun pelajaran. Di sisi lain, setiap tahun muncul sekolah unggulan.
   Persoalan yang menarik dan tidak banyak diperbincangkan orang, sungguh yang membuat sekolah unggulan dalam operasionalnya terletak pada kepemimpinan sekolah. Kepala sekolah, para wakil, staf, guru-guru, dan karyawan yang menyatu dalam visi dan bergerak dalam arah visi dan strategi yang benar menuju perubahan yang bermakna.
   Renihan dan Renihan dalam Saran dan Tranfford, (1990; 18) menyimpulkan dalam penelitiannya, bahwa ada beberapa faktor penting yang mendorong efektivitas organisasi sekolah. Di antaranya adalah memahami misi yang mencakup: membagi norma dan konsisten dalam keseluruhan sekolah, kesepakatan dalam cara melakukan sesuatu yang dimulai dari sasaran awal yang jelas dan dipahami oleh semuanya, harapan tinggi terhadap pentingnya sasaran, pembuatan rencana secara bersama.
Tugas kepala sekolah berkaitan dengan manajemen yaitu tanggung jawab atas tugas-tugas yang harus dilaksanakan dengan operasional sekolah yang lancar. Kegiatan kepala sekolah menangani pengajaran, sumber daya guru dan pegawai untuk kelancaran proses pengajaran, melakukan program supervisi dan proses pengajaran dengan menggunakan kantor sekolah. Selain pelaksanaan kegiatan rutin dan tugas pokok sekolah, maka kepala sekolah berperan sebagai pemimpin pendidik yang menentukan arah perubahan sekolah. Untuk menjadi unggul, suatu sekolah harus melakukan perubahan secara terarah, terencana, terpadu, dan berkesinambungan.
Tugas pertama dan utama manajer pendidikan adalah menjamin bahwa sasaran dari organisasi pendidikan secara jelas dinyatakan dan dipahami, mengusahakan sumber daya dan mengalokasikan, mengintegrasikan sumber daya personel dengan organisasi dan melaksanakan program dan evaluasi personel organisasi (Bogue dan Saunders, 1976 : 4). Semua tugas utama tersebut bermuara kepada pencapaian tujuan secara efektif dan efesien.
   Hampir setiap hari, perubahan terus terjadi dalam organisasi. Setidaknya organisasi dimulai dengan tumbuh, terus berkembang namun ada yang tumbuh langsung layu karena tidak mampu bertahan digoncang berbagai rintangan dan tantangan akibat berbagai perubahan eksternal.
   Para pemimpin harus mengusahakan, memperjuangkan dan kemudian mendukung gagasan-gagasan baru. Pemimpin harus memberikan lingkungan bagi pengembangan dan menyatakan semangat kewirausahaan. Pemimpin harus memberdayakan (Heselebein, 1995: 88). Dijelaskannya lebih lanjut bahwa pemberdayaan orang-orang untuk berinovasi bagaimanapun, tidak berarti memberikan kebebasan kepada setiap orang semaunya melakukan sesuatu yang ingin dilakukan, tetapi inovasi adalah adanya pengakuan dan penerimaan atas gagasan baru.

B.           Faktor dan Persyaratan yang menunjang keberhasilan Kinerja Manusia.
Menurut Drucker (1999:73) diperlukan beberapa persyaratan dalam meraih keberhasilan, yaitu :
(1)     kebijakan untuk membuat masa depan,
(2)     metode sistematik untuk memahami dan mengantisipasi perubahan,
(3)     cara yang benar memperkenalkan perubahan, di dalam dan ke luar organisasi,
(4)     kebijakan untuk membuat keseimbangan dan kelanjutannya.
Dalam kaitan ini, organisasi bekerja dalam lingkungan yang terus berubah karena itu perlu mempersiapkan diri untuk menerima akibat semua dinamika politik, ekonomi, sosial, etika, dan filsafat moral dalam atmosfer kebebasan. Sekolah juga berinteraksi dengan lingkungan eksternal yang mempengaruhinya untuk mengambil sikap sebagai sistem terbuka di dalam melaksanakan aktivitas akademik, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Di sini diperlukan kebijakan pendidikan yang responsif atas persoalan pendidikan kontemporer. Dalam era desentralisasi, pimpinan sekolah dan stakeholder harus mampu membuat dan melaksanakan kebijakan yang berorientasi peningkatan mutu dan berbasis kepada pemecahan masalah masyarakat.
Rothwell, et. al. (1995: 177) menjelaskan ada beberapa faktor esensial bagi keberhasilan perencanaan aksi, yaitu:
(1) melibatkan stakeholders kunci dalam proses perencanaan,
(2) mengevaluasi data yang relevan,
(3) menyepakati apa yang diubah atau ditingkatkan,
(4) mengembangkan strategi perubahan,
(5) mengembangkan sistem pemantauan dan mengelola proses perubahan,
(6) menegaskan peran perubahan.
Proses perubahan akan lebih menyentuh masalah manusia jika rangsangan perubahan muncul dalam perasaan dan emosi ditempatkan dalam tataran yang paling utama. Semua pihak yang terkait dengan pendidikan harus memiliki pandangan yang konstruktif bagi perubahan yang diinginkan. Bahkan, setiap orang yang bergerak dalam tataran pendidikan perlu melibatkan diri secara proaktif mewujudkan dan menjaga jalannya perubahan pendidikan. Setidaknya, fungsi struktur organisasi dimana perubahan diciptakan sangat penting dalam suatu lingkungan kependidikan. Tentu saja, orang-orang yang terkait dapat merasa gembira dan menjadi bagian dari proses perubahan. Partisipasi pribadi yang menekuni bidang pendidikan menjadi pelopor utama dari dalam yang menyebarkan gagasan baru ke luar melalui peran sosial mereka di masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN

Tantangan utama bagi manajemem abad ke-21 adalah bagaimana menjadikan suatu organisasi sebagai pemimpin perubahan. Pemimpin perubahan memandang perubahan sebagai peluang. Pimpinan perubahan memandang perubahan dengan mengetahui bagaimana memperoleh kebenaran tentang perubahan dan mengetahui bagaimana membuat perubahan organisasi menjadi efektif di dalam dan di luar organisasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah variabel guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran, karena gurulah yang bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran dikelas, bahkan sebagai penyelenggara pendidikan di sekolah. Menurut Dedi supriadi(1999:178). di antara berbagai masukan (input)yang menentukan mutu pendidikan (yang ditujukan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru.Faktor guru yang paling dominan mempengaruhi kualitas pembelajaran adalah kinerja guru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002:42) menunjukan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%.
Berdasarkan ungkapan tersebut di atas berarti kinerja guru (teacher performance) berkaitan dengan kompetensi guru, artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung dengan kompetensi yang baik. Tnpa memiliki kompetensi yang baik seorang guru tidak akan mungkin dapat memiliki kinerja yang baik.

   Menurut pasal 28 ayat 3 PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru terdiri dari: a) kompetensi pedagogik;  b) kompetensi kepribadian;  c) kompetensi profesional; dan, d) kompetensi sosial.
Perubahan pendidikan tidak hanya kebutuhan pribadi guru untuk merespon perubahan yang terjadi dalam perespektif sosial, ekonomi, dan politik. Akan tetapi, perubahan pendidikan merupakan keperluan organisasi bahkan manajemen untuk mengusahakan dan melibatkan individu yang berkiprah dan terkait untuk memajukan pendidikan anak bangsa.
Tugas utama manajemen sekolah di masa depan dapat dipastikan akan lebih dinamis dan menantang. Itu sebabnya fokus manajemen sekolah adalah perubahan sistem organisasi, penekanan terhadap mengatasi masalah-masalah alamiah yang bersifat situasional dan berdampak luas. Terutama, kemampuan membuat kebijakan untuk pengembangan sekolah.
   Tugas kepala sekolah berkaitan dengan manajemen yaitu tanggung jawab atas tugas-tugas yang harus dilaksanakan dengan operasional sekolah yang lancar. Kegiatan kepala sekolah menangani pengajaran, sumber daya guru dan pegawai untuk kelancaran proses pengajaran, melakukan program supervisi dan proses pengajaran dengan menggunakan kantor sekolah. Selain pelaksanaan kegiatan rutin dan tugas pokok sekolah, maka kepala sekolah berperan sebagai pemimpin pendidik yang menentukan arah perubahan sekolah. Untuk menjadi unggul, suatu sekolah harus melakukan perubahan secara terarah, terencana, terpadu, dan berkesinambungan.
Menurut Drucker (1999:73) diperlukan beberapa persyaratan dalam meraih keberhasilan, yaitu :
(1)  kebijakan untuk membuat masa depan,
(2)  metode sistematik untuk memahami dan mengantisipasi perubahan,
(3)  cara yang benar memperkenalkan perubahan, di dalam dan ke luar organisasi,
(4)  kebijakan untuk membuat keseimbangan dan kelanjutannya.
Rothwell, et. al. (1995: 177) menjelaskan ada beberapa faktor esensial bagi keberhasilan perencanaan aksi, yaitu:
(1) melibatkan stakeholders kunci dalam proses perencanaan,
(2) mengevaluasi data yang relevan
(3) menyepakati apa yang diubah atau ditingkatkan,
(4) mengembangkan strategi perubahan,
(5) mengembangkan sistem pemantauan dan mengelola proses perubahan,
(6) menegaskan peran perubahan.
        



















DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Miarso, Yusufhadi. 2009. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana 2009.

http://www.teknologipendidikan.net/human-performance-technology.

Salma, Dewi dan Eveline Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Seels, Barbara B. dan Rita C. Richey. 1995. Teknologi Pembelajaran : Definisi dan Kawasannya, (terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk). Jakarta : UNJ

Syafruddin. 2008. Efektifitas Kebijakan Pendidikan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah. Jakarta: Reneka Cipta.

UU Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen.

PP Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Nana Sudjana. 2002. Dasar-Dasar Proses belajar Mengajar. Bandung: SINAR BARU.

Suryadi, Prawirosentono. 1999 . Kebijakan Kinerja Karyawan, Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas. Yogyakarta. BPFE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar